Kamu inget ga kita pernah menari dibawah riak hujan.
Kita tertawa bersama sambil menari-nari
dengan senyum manismu. Indah sekali kala
mengingat itu, walaupun sesudahnya kamu demam beberapa hari. Kita tertawa di
bawah hujan, kita menghitung tetesan air yang setiap langit tumpahkan dengan
tangan kita lalu kita saling melempar tetesan air itu. Masihkah kamu
mengingatnya?
Kamu itu seperti hujan, kadang membuat aku tersenyum
karena riakannya, kadang juga membuatku menangis karena petirnya. Aku tak
pernah merasa kehilanganmu saat hujan turun, aku merasa kamu masih disini
menghitung tetesan hujan sambil bersenandung lalu kita menari di bawah riaknya
hujan.
“Nin,
aku bahagia saat seperti ini, saat kita menari dibawah hujan, saat aku melihat
senyummu terus mengembang dibalik hujan,”
suara sayup-sayup yang ku dengar di setiap kita sedang menghitung
tetesan hujan.
Aku tak pernah memimpikan mendapatkan lelaki yang
sepertimu, lelaki yang teramat sempurna. Kesempurnaan yang membuat aku sangat
takut kehilanganmu. Lelaki itu adalah kamu firman, lelaki yang mampu membuat
aku merasa menjadi wanita seutuhnya, lelaki yang aku kenal 3 tahun lalu di
stasiun.
Pertemuan yang begitu unik, aku bertemu dia ketika
aku mengujungi pacarku dan dia juga mengunjungi pacarnya. Kita bertemu di sebuah stasiun, awalnya pertemuan kita
layaknya pertemuan seorang penumpang kereta, menanyakan tujuan dan tak sengaja
ternyata kita duduk dalam satu deret kursi yang sama. Itu saja, namun pertemuan
kedua yang berlanjut pada pertemuan pertemuan selanjutnya. Pertemuan kedua yang memaksa kita untuk terus
bertemu karena alasan pekerjaan. Aku tahu tidak ada sesuatu yang kebetulan dan
mungkin ini rencana Tuhan untuk menakdirkan kita untuk mengenal dan bersama
untuk beberapa waktu sampai akhirnya kita berpisah karena Tuhan tak menakdirkan
kita untuk bersama selamanya.
“Firman,
kamu ga pergi ke solo lagi menemui pacarmu”, ucapku dengan nada menggoda.
“
Ga nin, aku kan udah punya calon pacar disini”, jawabnya sambil melirik ke
arahku.
“
Apa maksud kamu, kitakan sama-sama sudah punya pacar”, aku balas dengan nada
yang agak tinggi.
“
Ga usah sewot gitu nin, aku tahu ko, kamu punya pacar tapi kamu merasa kesepian
dan aku juga sama sepertimu”, dia berkata sambil memainkan ponsel di tangannya.
Aku tak pernah menyangka firman seberani mengambil
keputusan itu, meninggalkan pacarnya dan bersamaku. Akupun tak pernah menyangka
bahwa aku meninggalkan pacarku karena tergoda oleh sosok pria sempurna yang
mempunyai sorot mata yang meneduhkan. Aku bahkan tak mempedulikan kesetiaan dan
komitmen yang telah aku pahatkan dengan mantan pacarku dulu.
Tapi semesta memang selalu adil, Firman meninggalkan
aku demi sosok lain yang lebih sempurna dari aku, harusnya aku sadar dari awal.
Tapi yang namanya penyesalan pasti datang diakhir. Disaat aku benar-benar
sedang membutuhkan sosok dia, dia malah pergi dengan wanita itu, wanita yang
sangat ke kenal, wanita yang tak asing bagiku. Wanita itu adalah dia,
sahabatku. Semoga kamu bahagia dengan wanita sempurna pilihanmu itu. Semoga
kita masih bisa menari di bawah rintik hujan, oh bukan kita tapi kamu dan dia,
dan aku menangis mengenang kita yang dulu bisa menari dibawah rintik hujan.