Menyusuri setiap tapak jalan yang ada dalam kota kita, lalu kamu pahatkan kenangan di setiap jalan kota kita. Masihkah kamu mengingatnya?
Kota
itu, kota kita. Aku selalu merindukannya, karena disetiap jengkal perjalanan cinta
kita, kota itu yang banyak mengukir kenangan kita, bukan kota kelahiranku,
bukan pula kota kelahiranmu, tapi kota kita. Ya kota kita, karena disana kita
pernah meretas mimpi, mimpi bersama. Tapi itu dulu, dulu saat kita masih
bersama, sekarang aku tak tahu masihkah kamu mengingat mimpi itu atau kamu
sudah perlahan menghapusnya dari sela-sela memorimu. Bagaimana aku tahu kamu
masih mengingat mimpi kita atau tidak, sedangkan kabarmu saja aku tak pernah
tahu.
Sejak
malam itu, malam terakhir kita bertemu di kota kita, kamu menghilang begitu
saja. Aku kira kamu hanya bercanda kalau kamu akan pergi dan meninggalkanku.
Tapi nyatanya aku salah, kamu benar-benar pergi, kamu benar-benar pergi dari
kenangan yang ada dalam kota kita. Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan aku
menunggu kamu datang menjemputku dikotaku untuk mendatangi kota kita. Namun itu
hanya sia-sia. Kamu tetap tak ada, kamu tetap menghilang bahkan kamu tak pernah
mengabariku sedikitpun. Kamu benar-benar pergi dari hidupku, kamu dengan
sempurna menghancurkan mimpi kita.
Pertama
kali, kamu mengajakku mengunjungi kota kita. Menyusuri setiap tapak jalan yang
ada dalam kota kita, lalu kamu pahatkan kenangan di setiap jalan kota kita.
Masihkah kamu mengingatnya? Oh iya aku lupa, kamukan sudah menghapus sela-sela
memori mimpi kita, mimpi kita yang begitu besar saja kamu hapus, apalagi
kenangan kita yang begitu sepele menurutmu tapi begitu istimewa buatku, dengan
mudahnya kamu hapus bukan? Ya, aku tahu kamu bukanlah aku, yang begitu sulit
melupakan kenangan kita, kamu bukanlah aku yang terlalu dalam menyimpan banyak
kenangan kita, dan kamu tak seperti aku yang mencintaimu begitu dalam. Cintamu
hanya sekedar kata-kata, lalu kamu hapus kata-kata itu dengan lidah kelumu.
Sore
ini adalah kali pertama aku mengunjungi kota kita lagi, setelah 3 tahun aku
mencoba menghapus kota kita dalam otakku.
Sayangnya, aku tetap tak bisa menghapus segala yang ada dalam kota kita,
salah satunya itu kamu, ya kamu. 5 tahun lalu aku injakkan kakiku dikota ini,
kakiku terasa ringan, senyumku tak sedikitpun pudar, mataku terus jelalatan
menangkap semua yang ada dikota ini, itu karena ada kamu disampingku. Namun
sekarang kakiku rasanya berat sekali untuk menginjak tanah di kota kita ini,
senyumku hanya untuk menutupi luka yang dulu ditorehkan oleh kota kita, ah
bukan kota kita tapi oleh kamu. Lagi-lagi kamu, padahal aku ingin bercerita
tentang kota kita, tapi mengapa hanya kamu yang aku tuliskan. Memang kamu dan
kota kita begitu berkorelasi denganku.
Banyak
yang berubah dengan kota kita, seperti
aku dan kamu yang begitu banyak berubah. Kini tak ada lagi sosok
yang tersenyum menyambutku di depan
stasiun, kini tak ada lagi sosok yang akan melambaikan tangannya saat kereta
mulai melaju, kini tak ada lagi sosok yang mengantarkanku ke pantai yang aku
mau, sosok yang selalu mendekapku setiap aku akan pergi, sosok yang selalu
mencubit ujung hidungku setiap kamu gemas, sosok yang, ah terlalu banyak kalau
harus aku ceritakan sosok itu. Sosok itu ya kamu, sosok yang sering aku temui
dikota kita dulu. Sekarang aku hanya ingin menemui senja di pantai di kota
kita. Aku harap senja itu masih seindah dulu, ah apa akan tetap seindah dulu
bila aku menikmatinya tanpamu? Rasanya tidak, meski sore itu aku lihat senja
begitu indah,namun tak sesempurna kunikmati senja bila tanpa kamu.
Sore
itu, ku coba menyusuri pantai kota kita, dengan gulungan ombak kecil yang
menyapu kakiku serta desiran pasir halus yang bergelayutan. Ku coba duduk di
hamparan pasir putih yang dulu sering kita tuliskan nama kita berdua, sekarang
aku hanya duduk dipasir itu, kutuliskan namaku tapi tidak dengan namamu karena
aku tahu aku sudah tidak berhak lagi menuliskan namamu berdampingan dengan
namaku. Karena kini tahu kamu sudah dengan yang lain.
Tadi
saat aku berjalan menyusuri pantai, tak sengaja aku temukan sosok itu, sosok
yang selalu aku rindu, sosok yang telah meninggalkan luka tapi sosok yang masih
ku harapkan sampai detik ini. Sosok itu adalah kamu, ya kamu! Sosok yang 5
tahun telah mewarnai hidupku, mengajarkanku tentang banyak hal termasuk tentang
arti kehilangan. Kamu memang sudah mewujudkan mimpi itu di kota kita, kamu
sudah menggapai mimpi itu, namun yang paling menyayat hatiku adalah kamu
mewujudkan mimpi itu bukan bersamaku tapi bersama wanita lain pilihan ibumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar