Kamis, 11 April 2013

Kota Kita







  Menyusuri setiap tapak jalan yang ada dalam kota kita, lalu kamu pahatkan kenangan di setiap jalan kota kita. Masihkah kamu mengingatnya?
Kota itu, kota kita. Aku selalu merindukannya, karena disetiap jengkal perjalanan cinta kita, kota itu yang banyak mengukir kenangan kita, bukan kota kelahiranku, bukan pula kota kelahiranmu, tapi kota kita. Ya kota kita, karena disana kita pernah meretas mimpi, mimpi bersama. Tapi itu dulu, dulu saat kita masih bersama, sekarang aku tak tahu masihkah kamu mengingat mimpi itu atau kamu sudah perlahan menghapusnya dari sela-sela memorimu. Bagaimana aku tahu kamu masih mengingat mimpi kita atau tidak, sedangkan kabarmu saja aku tak pernah tahu.
Sejak malam itu, malam terakhir kita bertemu di kota kita, kamu menghilang begitu saja. Aku kira kamu hanya bercanda kalau kamu akan pergi dan meninggalkanku. Tapi nyatanya aku salah, kamu benar-benar pergi, kamu benar-benar pergi dari kenangan yang ada dalam kota kita. Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan aku menunggu kamu datang menjemputku dikotaku untuk mendatangi kota kita. Namun itu hanya sia-sia. Kamu tetap tak ada, kamu tetap menghilang bahkan kamu tak pernah mengabariku sedikitpun. Kamu benar-benar pergi dari hidupku, kamu dengan sempurna menghancurkan mimpi kita.
Pertama kali, kamu mengajakku mengunjungi kota kita. Menyusuri setiap tapak jalan yang ada dalam kota kita, lalu kamu pahatkan kenangan di setiap jalan kota kita. Masihkah kamu mengingatnya? Oh iya aku lupa, kamukan sudah menghapus sela-sela memori mimpi kita, mimpi kita yang begitu besar saja kamu hapus, apalagi kenangan kita yang begitu sepele menurutmu tapi begitu istimewa buatku, dengan mudahnya kamu hapus bukan? Ya, aku tahu kamu bukanlah aku, yang begitu sulit melupakan kenangan kita, kamu bukanlah aku yang terlalu dalam menyimpan banyak kenangan kita, dan kamu tak seperti aku yang mencintaimu begitu dalam. Cintamu hanya sekedar kata-kata, lalu kamu hapus kata-kata itu dengan lidah kelumu.
Sore ini adalah kali pertama aku mengunjungi kota kita lagi, setelah 3 tahun aku mencoba menghapus kota kita dalam otakku.  Sayangnya, aku tetap tak bisa menghapus segala yang ada dalam kota kita, salah satunya itu kamu, ya kamu. 5 tahun lalu aku injakkan kakiku dikota ini, kakiku terasa ringan, senyumku tak sedikitpun pudar, mataku terus jelalatan menangkap semua yang ada dikota ini, itu karena ada kamu disampingku. Namun sekarang kakiku rasanya berat sekali untuk menginjak tanah di kota kita ini, senyumku hanya untuk menutupi luka yang dulu ditorehkan oleh kota kita, ah bukan kota kita tapi oleh kamu. Lagi-lagi kamu, padahal aku ingin bercerita tentang kota kita, tapi mengapa hanya kamu yang aku tuliskan. Memang kamu dan kota kita begitu berkorelasi denganku.
Banyak yang berubah dengan kota kita, seperti  aku dan kamu yang begitu banyak berubah. Kini tak ada lagi sosok yang  tersenyum menyambutku di depan stasiun, kini tak ada lagi sosok yang akan melambaikan tangannya saat kereta mulai melaju, kini tak ada lagi sosok yang mengantarkanku ke pantai yang aku mau, sosok yang selalu mendekapku setiap aku akan pergi, sosok yang selalu mencubit ujung hidungku setiap kamu gemas, sosok yang, ah terlalu banyak kalau harus aku ceritakan sosok itu. Sosok itu ya kamu, sosok yang sering aku temui dikota kita dulu. Sekarang aku hanya ingin menemui senja di pantai di kota kita. Aku harap senja itu masih seindah dulu, ah apa akan tetap seindah dulu bila aku menikmatinya tanpamu? Rasanya tidak, meski sore itu aku lihat senja begitu indah,namun tak sesempurna kunikmati senja bila tanpa kamu.
Sore itu, ku coba menyusuri pantai kota kita, dengan gulungan ombak kecil yang menyapu kakiku serta desiran pasir halus yang bergelayutan. Ku coba duduk di hamparan pasir putih yang dulu sering kita tuliskan nama kita berdua, sekarang aku hanya duduk dipasir itu, kutuliskan namaku tapi tidak dengan namamu karena aku tahu aku sudah tidak berhak lagi menuliskan namamu berdampingan dengan namaku. Karena kini tahu kamu sudah dengan yang lain.
Tadi saat aku berjalan menyusuri pantai, tak sengaja aku temukan sosok itu, sosok yang selalu aku rindu, sosok yang telah meninggalkan luka tapi sosok yang masih ku harapkan sampai detik ini. Sosok itu adalah kamu, ya kamu! Sosok yang 5 tahun telah mewarnai hidupku, mengajarkanku tentang banyak hal termasuk tentang arti kehilangan. Kamu memang sudah mewujudkan mimpi itu di kota kita, kamu sudah menggapai mimpi itu, namun yang paling menyayat hatiku adalah kamu mewujudkan mimpi itu bukan bersamaku tapi bersama wanita lain pilihan ibumu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar