II.1 Model Kurikulum
Menurut Nasution ( 2003:76-128) dalam pengembangan
kurikulum dikenal ada 3 model pengorganisasian kurikulum yaitu :
1)
Subject curriculum
2)
Correlated curriculum
3)
Integrated curriculum
Subject
Curriculum bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan umat manusia berabad-abad lebih
mudah dan lebih cepat membekali diri untuk menghadapi masalah-masalah dalam
hidupnya. Kemudahan dan kecepatan tersebut dapat dicapai karena tinggal mengambil dan tidak perlu
mencari kembali tentang sesuatu yang telah ditemukan oleh generasi sebelumnya.
Keuntungannya adalah pengetahuan tersebut telah disusun secara logis dan sistematis
dalam bentuk disiplin ilmu oleh para ahlidan ilmuan, yang mencakup isi, dan
metode berfikir tertentu selanjutnya akan lebih cepat dan dapat dikembangkan.
Correleted
Curriculum merupakan modifikasi kurikulum subbject matter yang terpisah-pisah
dengan cara mengusahakan atau menggabungkan dua matapelajaran atau lebih yang
dapat dipandang sebagai kelompok yang pada hakekatnya mempunyai hubungan erat.
Misalnya IPS ( gabungan dari Sejarah,
Geografi dan Ekonomi), IPA (gabungan dari Biologi, Kimia dan Fisika ). Dengan
demikian mata pelajaran dapat dikurangi. Terbentuknya kurikulum gabungan ini didorong oleh usaha mengadakan
integrasi dalam pengetahuan anak dan mencegah pengguasaan bahan yang banyak
tetapi dangkal dan lepas-lepas sehingga mudah dilupakan dan tidak fungsional.
Integrated
curriculum merupakan kurikulum yang terbentuk dengan mengusahakan integrasi
dari berbagai mata pelajaran. Integrasi
ini tercapai dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan
pemecahan dengan bahan dari segala macam mata pelajaran yang diperlukan. Bahan
mata pelajaran menjadi intrumental dan fungsional untuk memecahkan masalah itu.
Batas-batas pelajaran dapat ditiadakan. Selain memperoleh sejumlah pengetahuan secara fungsional, kurikulum ini
mengutamakan proses belajarnya. Dikatakan cara memperoleh ilmu fungsional karena ilmu itu dikumpulkan bertalian dengan
usaha memecahkan masalah yang nyata di masyarakat.
Bagi
siswa sesuai perkembangan usianya, memahami fenomena yang kongkrit lebih mudah
daripada yang abstrak. Disamping itu fenomena atau permasalahan yang ada
dimasyarakat yang diambil sebagai sumber bahan pelajaran di sekolah adalah
sesuatu yang utuh, misalnya: banjir, gempa, tsunami,pasar, keraton, pernikahan
dan sebagainya. Untuk pemahaman dan atau pendekatan pembelajaran terhadap
fenomena sosial tersebut bagi siswa lebih mudah disajikan secara terpadu
daripada terpisah-pisah, karena secara riil menangani permasalahan haruslah
secara terpadu. Sedangkan pengenalan disiplin ilmu seperti sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, fisika, biologi adalah pendekatan keilmuan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Model
pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implimentasi kurikulum yang
dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs).
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok
aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan
pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.
Melalui
pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah
kekuatan untuk menerima , menyimpan dan memproduksi tentang kesan-kesan tentang
hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk menemukan
sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan
aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan
pengalaman bagi para siswa. Pengalaman belajar lebih menunjukan kaitan
unsur-unsur konseptual menjafikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan
konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan
membentuk skema (konsep), sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan
tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui
pembelajaran terpadu.
Menurut
Ujang Sukandi, dkk (2001:3) pengajaran terpadu pada dasarnya sebagai kegiatan
belajar mengajar dengan cara ini dapat
dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap
pertemuan.
Pembelajaran
terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang dapat
dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang mengajarkan beberapa
bidang studi;studi untuk memberikan
pengalaman bernakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam
pengajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu
melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan kosep lain yang mereka
pahami.
Pembelajaran
terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar atau eksplorasi suatu topik
merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan secara aktif di
dalam eksplorasi tersebut, siswa akan mempelajari materi ajar dan proses
belajar beberapa bidang studi dalam waktu yang bersamaan.
Dalam
pernyataan tersebut jelas bahwa sebagai pemacu dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu adalah melalui eksplorasi topik. Dalam eksplorasi topik ditingkatkan
suatu tema tertentu. Kegiatan pembelajaran berlangsung di seputar tema kemudian
baru membahas masalah konsep-konsep pokok yang terkait dalam tema.
II.2
Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu
Menurut
Ujang Sukardi, dkk (2001:109), pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual,
dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema
ini menjadi alat pemersatu materi yang
beragan dari beberapa materi pelajaran.
Pengajaran
terpadu perlu memilih materi dari beberapa mata pelajaran yang mungkin dan
saling terkait. Dengan demikian materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan
tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan dalam bentuk contoh
aplikasi yang tidak termuat dalam kurikulum, tetapi pengajuan materi pengayaan
seperti itu perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.
Pengajaran
terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi
sebaliknya pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran
yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan tidak
perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak
usah dipadukan.
Secara umum
prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi :
a)
Prinsip penggalian tema
b)
Prinsip pengolahan pembelajaran
c)
Prinsip evaluasi
d)
Prinsip reaksi
a.
Prinsip Penggalian Tema
Prinsip pemggalian tema
merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran terpadu. Artinya tema-tema
yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam
pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah
memperhatikan beberapa persyaratan.
1)
Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun
dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran
2)
Tema harus bermakna, maksudnya ialah
tema yang dipilih unutk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
3)
Tema harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan psikologis anak.
4)
Tema harus dikembangkan harus mewadahi
sebagian besar minat anak.
5)
Tema yang dipilh hendaknya
mempertimbangkan peristiwa-peristia otentik yang terjadi di dalam rentang waktu
belajar
6)
Tema yang dipilih hendaknya
mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat ( asas
relevansi)
7)
Tema yang dipilih hendaknya juga
mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
b.
Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan
pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam
keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai
fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab menurut Prabowo
(2000), bahwa dalam hendaknya pembelajaran hendaknya guru dapat berlaku sebagai
berikut :
1)
Gurunya hendaknya jangan menjadi
kelompok mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
2)
Pemberian tanggung jawab individu dan
kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama
kelompok.
3)
Guru perlu mengakomodasi terhadap
ide-ide yang terkadang sama sekali kadang tidak terpikirkan dalam perencanaan.
c.
Prinsip Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya
menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui
hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini untuk melaksanakan
evaluasi dalam pembelajaran terpadu, maka diperlukan beberapa langkah-langkah
positif, antara lain :
1) Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri ( self evaluation
assesment) disamping bentuk evaluasi lainnya.
2)
Guru perlu mengajak para siswa untuk
mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria
keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
d.
Prinsip Reaksi
Dampak pengiring, bagi
perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM. Karena itu guru
dituntut agar mampu mrencanakan dan melaksanakan pembelajaran tercapai secara tuntas
tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua
peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke satu kesatuan
yang utuh dan bermakna. Pembelajaran terpadu memungkinkan hal ini dan guru
hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang
dicapai melalui dampak pengiring.
II.3
Pentingya Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran
Terpadu memiliki cara penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa
alasan yang mendasarinya, antara lain :
a) Dunia
anak adalah dunia nyata
Tingkat
perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam
kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri.
Mereka melihat obyek atau peristiwa yang di dalamnya memuat sejumlah
konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, saat mereka berbelanja di
pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu perhitungan ( Matematika), aneka
ragam mekanan sehat (IPA), dialog tawar-menawar (Bahasa Indonesia), harga yang
naik turun (IPS), dan beberapa materi pelajaran lain.
b) Proses
pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/obyek lebih
teroganisir
Proses pemahaman anak
terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat bergantung pada pengetahuan yang
sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri
pemahaman terhadap konsep baru anak menjadi “arsitek” pembangun gagasan baru.
Guru dan orang tua hanya sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga
peristiwa belajar dapat berlangsung. Anak mendapat gagasan baru jika
pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya.
c) Pembelajaran
akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih
bermakna kalau pelajaran, sudah dipelajari siswa dapat memanfaatkan untuk
mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat berpeluan untuk
memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.
d) Memberi
peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran terpadu
memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara
bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan ini meliputi sikap ( jujur,
teliti,tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh,
memanfaatkan dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan
kepemimpinan), dan ranah kognitif (pengetahuan).
e) Memperkuat
kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang
diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang
diperoleh dari mata pelajaran lain.
f) Efisiensi
Waktu
Guru
dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya
siswa, guru dapat belajar lebih bermakna
terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.
II.4
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Menurut Depdikbud
(1996:3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa
karakteristik atau ciri yaitu : holistik, otentik, dan aktif.
1. Holistik
Suatu gejala atau
fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan
dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak.
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa
untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya, hal ini akan
membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi
kejadian yang ada di depan mereka.
2. Bermakna
Pengkajian suatu
fenomena dengan banyak membentuk jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan
menghasilkan skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang
dipelajari.
Rujukan yang nyata dari segala konsep
yang diperoleh, dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah
kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan
pembelajaran fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan untuk memecahkan
masalah-masalah yang muncul didalam kehidupannya.
3. Otentik
Pembelajaran terpadu
memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin
dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Dengan memahami dari
hasil belajarnya sendiri, bukan pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan
yang diperoleh sifatnya menjadi lebig otentik. Hasilnya diperoleh siswa melalui
kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat fasilitator dan katalisator,
sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru
memberikan bimbingan ke arah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal
mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Aktif
Pembelajaran terpadu
menekankan kereaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental,
intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal
dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka
termotivasi untuk terus menerus belajar. Dengan demikian pembelajaran terpadu
bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata
pelajaran yang terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu
tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa
dipelajari secara bersama melaluipengembangan tema tersebut.
II.5
Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Forgaty
(1991:15-17) ada 10 model yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran
terintegrasi, yaitu :
1) Fragmamted
model
2) Connected
model
3) Nested
model
4) Sequnced
model
5) Share
model
6) Webbed
model
7) Threathed
model
8) Integrated
model
9) Immersed
model
10) Networked model
Untuk
keperluan penerapan pendekatan pembelajaran terpadu ini, maka setidak-tidaknya
para guru diperkenalkan dan dilatih penggunaan model-model tersebut yang
sekiranya fungsional dan tepat digunakan di SMP di Indonesia.
Beberapa
model terintegrasi yang dikembangkan diatas dalam penerapannya di Indonesia ada beberapa cara yang dapat
dikembangan menurut Hamid Hasan (1997), yaitu :
1) Mengambil
salah satu disiplin ilmu dijadikan sumber materi utama, sedang disiplin ilmu
lainnya untuk mrnambah kedalaman dan keluasan materi tersebut.
2) Mencari
pokok bahasan atau konsep yang sama untuk setiap disiplin, dengan merubah
urutan pokok materi yang ada.
3) Merumuskan
pokok bahasan yang dikembangkan bersama ynag berkaitan dengan konsep-konsep
materi dari berbagai disiplin ilmu yang dipadukan.
4) Melakukan
fusi konsep materi dari berbagai disiplin ilmu. Dengan demikian pokok materi
bahasan tidak lagi diidentifikasikan dari suatu disiplin ilmu. Pokok materi
bahasan hasil fusi ini harus dikembangkan dari fenomenayang ada dengan cara
mengidentifikasi teori, konsep, prosedur yang berlaku untuk berbagai disiplin
ilmu.
Dari
empat alternatif pendekatan “pembelajaran terpadu” diatas tampaknya cara 1,2,
dan 3,lebih memungkinkan untuk diterapkan dalam jangka waktu yang pendek dalam
jangka waktu yang pendek dalam
pembelajaran di SMP,karena tidak mengurangi “hak dan otoritas” setiap guru dalam pengembangan materi pelajaran yang selama
ini dipelajarinya. Sedangkan cara ke 4 masih membutuhkan waktu yang panjang
untuk diterapkan.
II.6 Teknik Penyusunan Tema dalam
Pembelajarn Terpadu
Model pembelajaran
terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip holistik dan otentik (Depdikbud,
1996:3). Salah satu diantaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar melalui
pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat
menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan
tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Pada pembelajaran
terpadu, prigram pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu baik dalam
rumpun ilmu sosial maupun ilmu alam. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam
hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian
dilengkapi, dibahas, diperluas, dam diperdalam dengan cabang ilmu yang lain.
Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang
berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari
berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh,
potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas
dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial maupun alam.
I.
Teknik Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran
terpadu dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya ‘pariwisata’.
Pariswisata dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu
yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengembangan pariwisata dalam hal
ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam
disiplin Geografi. Secara Sosiologis, pariwisata itu juga dapat ditinjau dari
partisipasi masyarakat, pengaruhnya terhadap kondisi sosial budaya setempat,
dan interkasi antar wisatawan dengan masyarakat lokal. Secara historis dapat
dikembangkan melalui sejarah daerah pariwisata tersebut. Keadaan politik juga
dapat dikaji pula pada topik pengembangan pariwisata berkaitan dengan
pengaruhnya terhadap perkembangan pariwisata. Selanjutnya dampak pariwisata
terhadap perkembangan ekonomi lokal maupuan nasional dapat dikembangkan melalui
kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Skema berikut memberikan gambaran
keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.
Sejarah persebaran
Perkembangan
kondisi fisik
Daerah wisata. daerah objek
Wisata.
Partisipasi dampak
masyarakat. terhadap
kesejahteraan
Pengaruh
terhadap perkembangan masyarakat.
masyarakat
di sekitar objek wisata.
Gambar 2: Model Integrasi Berdasarkan
Topik/Tema
II.Teknik Integrasi berdasarkan
Potensi Utama
Keterpaduan
dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada potensi utama yang ada di
wilayah setempat; sebagai contoh, “Potensi Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata”.
Dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau
dari faktor alam, sosial/antropologis, historis kronologis dan kausalitas,
serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama yang
terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.
|
|
·
|
.Potensi objek wisata . Memupuk aspirasi
terhadap
kesenian.
. Keamanan dan stabilitas daerah . Azas manfaat terhadap kesejahteraan
rakyat
Gambar 3: Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama
III. Teknik
Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model pembelajaran terpadu lainnya berdasarkan
permasalahan yang ada, contohnya adalah “Pemukiman Kumuh”. Pada pembelajaran
terpadu, Pemukiman Kumuh ditinjau dari beberapa faktor sosial yang
mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor ekonomi, sosial dan budaya. Juga
dapat dari faktor historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat
terhadap aturan/norma.
|
|
|
|
|
Gambar
4. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Langkah-langkah Pembelajaran
Terpadu
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung
pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi siswa (minat,
bakat, kebutuhan dan kemampuan). Untuk menyusun perencanaan pembelajarab
terpadu perli dilakukan langkah-langkah berikut ini.
1)
Pemetaan Kompetensi Dasar
2)
Penentuan Topik/Tema
3)
Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar
ke dalam indikator sesuai topik
4)
Pengembangan Silabus
5)
Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
II.6 Langkah-Langkah (Sintak)
Pembelajaran Terpadu
Pada
dasarnya langkah-langkah (Sintak) pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap
yang dilalui dalam setiap model
pembelajaran yang meliputi 3 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
dan tahap evaluasi. ( Prabowo 2000).
Sedangkan
menurut Hadisuhroto (2000:21), dalam merancang pembelajaran terpadu sedikitnya
ada empat hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1)
Menentukan Tema
2)
Menentukan materi/media
3)
Menyusun Skenario
4)
Menetukan Evaluasi
1.
Tahap Perncanaan
a.
Menentukan Jenis Mata Pelajaran dan
Jenis Keterampilan yang dipadukan
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan
untuk kelanjutan awal. Seperti contoh diberikan oleh Forgatty (1991:28), untuk
jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir
dan keterampilan sosial. Sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika
dapat dipadukan keterampilan berpikir (thingking skill) dan keterampilan
mengorganisir (oruani-zng Skill).
b.
Memilih Kajian Materi, Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Langkah
ini akan mengarahkan guru untuk mencantumkan sub keterampilan dari
masing-masing keterampilan yang dapat diiterperasikan dalam suatu unit
pembelajaran.
c.
Menetukan Sub Keterampilan yang
dipadukan
Secara umum keterampilan-keterampilan khusus
yang harus dikuasai meliputi keterampilan berfikir (thingking skill),
keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisasi (organizing
skill) yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan. Sub-sub
keterampilan yang dapat dipadukan diperlukan pada tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel Unsur-Unsur Ketrampilan berpikir,
keterampilan Sosial, dan keterampilan mengorganisasi
Keterampilan
analisis berpikir
|
Keterampilan
sosial
|
Keterampilan
organisasi mengorganisasi
|
Memprediksi
Menyimpulkan
Membuat
Hipotesis
Membandingkan
Mengklasifikasi
Mengeneralisasi
Membuat skala
Prioritas
mengevaluasi
|
Memperhatikan
pendapat
Mengkalsifikasi
Menjelaskan
Memberanikan
diri
Menerima
pendapat
Mengolah
pendapat
Menyepakati
Meringkaskan
|
Jaringan
Diagram Venn
Diagram alir
Lingkaran
sebab akibat
Diagram
akut/tidak akut
Kisi-kisi/matrik
Diagram rangka
ikan
|
(sumber:
Forgatty, 1991:25)
d.
Merumuskan Indikator Hasil Belajar (TIK)
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub
keterampilan yang telah dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator
dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi : audince,behavior, condition dan degree.
e.
Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru
untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap
langkah pembelajaran.
2.
Tahap Pelaksanaan
Prinsip-prinsip utama dalam pembelajaran terpadu, meliputi:
guru tidak mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai
fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pembelajaran mandiri:
kedua, pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerja sama
kelompok; dan ketiga, guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang
sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan Depdiknas (1996:G)
Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario
langkah-langkah pembelajaran. Menurut Muchlas (2001), tidak ada model
pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topik pembelajaran terpadu, artinya
dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran.
3.
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan
evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi
menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996:G), hendaknya memperhatikan
prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
1)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan evaluasi diri disamping untuk evaluasi lainnya.
2)
Guru perlu mengajak para siswa untuk
mengevaluasi perolehan belajar yang teliti berdasarkan kriteria keberhasilan
harapan, tujuan yang akan dicapai.
Sementara itu menurut Prabowo (2000),
langkah-langkah(sintaks) pembelajaran terpadu secara khusus dapat dibuat
tersendiri berupa langkah-langkah baru dengan ada sedikit perbedaan yakni
sebagai berikut :
a.
Tahap Perencanaan:
1)
Menentukan Kompetensi Dasar
2)
Menentukan Indikator dan Hasil Belajar
b.
Langkah yang ditempuh guru:
1)
Menyampaikan konsep pendukung yang harus
dikuasai siswa
2)
Menyampaikan konsep-konsep pokok yang
akan dikuasai siswa
3)
Menyampaikan keterampilan proses yang
akan dikembangkan
4)
Menyampaikan alat dan bahan yang
dibutuhkan
5)
Menyampaikan pertanyaan kunci
c.
Tahap Pelaksanaan:
1)
Pengelolaan kelas, dimana kelas dibagi
dalam beberapa kelompok
2)
Kegiatan proses
3)
Kegiatan pencatatan data
4)
Diskusi
d.
Evaluasi
1)
Evaluasi proses
a.
Ketepatan hasil pengamatan
b.
Ketepatan penyusunan alat dan bahan
c.
Ketepatan menganalisis data
2)
Evaluasi hasil
-
Penguasaan konsep-konsep sesuai
indikator yang telah ditetapkan
3)
Evaluasi psikomotorik
-
penguasaan penggunaan alat ukur
CONTOH
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN/DESAIN PEMBELAJARAN IPS TERPADU
SATUAN
PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA
PELAJARAN :
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KELAS :
VII
TOPIK :
KEGIATAN EKONOMI PENDUDUK
ALOKASI
WAKTU : 4x45
MENIT (2XPERTEMUAN)
A. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar
Geografi: 1. Memahami kegiatan ekonomi masyarakat
6.1 mendeskripsikan pola kegiatan
ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi
fisik permukaan bumi.
Sosiolog: 2. Memahami kehidupan sosial masyarakat
2.1
Mendiskripsikan interaksi sebagai proses sosial.
Ekonomi: 3. Kemampuan memahami unsur-unsur usaha
berekonomi
6.2
Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi,
produksi dan distribusi barang/jasa.
Sejarah: 4. Kemampuan memahami perjalanan bangsa
Indonesia pada masa Hindhu
-Budha
dan Islam sampai abad ke-18.
5.2 Mendeskripsikan
perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di
Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya.
B. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu mengklasfikasi
kegiatan ekonomi penduduk serta perannya di wilayah Asia Tenggara.
C.Pendekatan dan Metode
Pembelajaran
1. Pendekatan : Konstektual
2. Metode :
Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan.
D. Sumber, Alat,dan Bahan
Pembelajaran
Kurikulum, buku-buku pelajaran IPS yang
relevan, dan gambar-gambar tentang aktivitas ekonomi penduduk.
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
kegiatan
|
Kegiatan
|
Kegiatan awal/
pendahuluan
|
·
Mengamati gambar berbagai kegiatan ekonomi
masyarakat sekitar
·
Tanya jawab tentang berbagai kegiatan ekonomi
|
Kegiatan Inti
|
· Guru menunjuk
salah seorang siswa untuk menjelaskan tentang tugas yang telah diberikan pada
pertemuan sebelumnya.
· Salah seorang
peserta didik menjelaskan tugas yang telah dikerjakannya.
· Guru membagi
kelas dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan berbagai jenis aktivitas
perekonomian penduduk, alasan penduduk memilih tempat tinggal, jenis-jenis
barang konsumsi, hasil-hasil industri jasa, potensi sumber daya alam di Indonesia,
dampak positif dan negatif kehadiran bangsa lain dalam masyarakat Indonesia,
peranan Indonesia dalam perdagangan dunia.
· Peserta didik
melakukan diskusi kelompok.
· Setap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, dan kelompok lain menanggapinya.
|
Kegiatan
Akhir/Penutup
|
· Peserta didik
membuat laporan hasil diskusi.
· Guru
memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (PR).
· Guru
memberikan pesan-pesan moral sehubungan dengan aktivitas ekonomi penduduk,
nisalnya kerjasama, mendengarkan pendapat orang lain, dll.
· Guru
memberikan penghargaan pada kelompok yang kerjanya bagus, dan memberikan
nasehat untuk penyempurnaan bagi kelompok yang kurang bagus.
|
F. Penilaian
1.
Tes tertulis
2.
Hasil Laporan Kelompok (diskusi kelompok)
Contoh
Soal:
1.
Berikan lima contoh kegiatan-kegiatan
ekonomi penduduk!
2.
Jelaskan alasan penduduk tinggal pada
suatu daerah!
3.
Sebutkan lima contoh barang konsumsi!
4.
Apakah dampak positif dan negatif adanya
kehadiran bangsa lain (bangsa Barat) ke Indonesia!
No
|
Nama
|
Aspek
Penilaian
|
Skor
Nilai
|
||
kerjasama
|
Kebenaran
jawaban
|
Cara
kerja
|
|||
|
|
|
|
|
|
Format penilaian hasil laporan
Sugiyanto.2010.Model-Model Pembelajaran Inovatif.Surakarta:Yuma
pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar